maaf jika untuk beberapa waktu ini kami dari admin KHI tidak bisa mengupdate tulisan-tulisan sementara waktu.
Sabtu, 01 Februari 2014
Jumat, 20 Desember 2013
INTEGRASI IPTEK DAN ISLAM
INTEGRASI IPTEK DAN ISLAM
I.
PENDAHULUAN
Seiring dengan berkembangnya zaman
dan semakin majunya peradaban, maka semakin banyak munculnya teknologi yang
memberi kemudahan kepada manusia. Kemudahan inilah yang sering memberi makna
yang beragam sehingga kadang kala banyak penafsiran yang salah. Sebagian dari
kaum muslim ada yang sangat antipati terhadap kemajuan teknologi yang
berkembang karena alasan agama tidak menyukai adanya teknologi yang berkembang
sehingga menyebabkan lunturnya iman.
Pemahaman yang beragam inilah yang
perlu dibenarkan. Sejatinya agama apapun termasuk islam tidak pernah melarang
adanya perkembangan ilmu pengetahuan sehingga menjadikan teknologi yang semakin
berkembang. Berkembangnya teknologi justru memberikan manfaat yang banyak dan
sebagai sarana untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah. Pandangan yang
antipati terhadap kemajuan ilmu pengetahuan perlu diluruskan kembali dengan
pemahaman yang lebih kemprehensif.
Untuk itulah maka dalam makalah ini
diberikan penjelasan mengenai integrasi ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
islam. Diharapkan dengan adanya pemahaman ini maka tidak ada kesalah pahaman
dalam memaknai islam sebagai agama yang mendorong berkembangnya ilmu
pengetahuan.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Apa Pengertian Integrasi ?
B.
Bagaimana Pentingnya Integrasi IPTEK dan Islam ?
C.
Bagaimana Pandangan Islam Tentang IPTEK ?
D.
Apa Manfaat IPTEK untuk Islam ?
III. PEMBAHASAN
A. Pengertian Integrasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Kata
“integrasi” berasal dari bahasa latin integer, yang berarti utuh atau
menyeluruh. Berdasarkan arti etimologisnya itu, integrasi dapat diartikan
sebagai pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat.
Integrasi
juga berasal dari bahasa inggris “Integration” yang berarti kesempurnaan
keseluruhan. Definisi lain dari integrasi ialah suatu keadaan dimana
kelompok-kelompok etnik beradaptasi terhadap kebudayaan mayoritas
masyarakat, namun masih tetap mempertahankan kebudayaan
mereka masing-masing.[1]
Dari dua pengertian
diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa Integrasi mempunyai dua pengertian, yaitu :
1)
Pengendalian
terhadap konflik dan penyimpangan dalam suatu sistem tertentu
2)
Membuat keseluruhan dan
menyatukan unsur-unsur tertentu.
Pengertian integrasi
sains dengan islam dalam konteks sains modern bisa dikatakan sebagai
profesionalismeatau kompetensi dalm satu keilmuan yang bersifat duniawi di
bidang tertentu disertai atau dibangun dengan pondasi kesadaran ketuhanan.adaran
tersebut akn muncul dengan adanya pengetahuan dasar tentang ilmu-ilmu
keislaman.oleh sebab itu, ilmu-ilmu islam dan kepribadian merupakn dua aspek
yang saling menopang satu sama lain dan secara bersama-sama menjadi sebuah
pondasi bagi pengembangan sains dan teknologi.[2]
B. Pentingnya Integrasi IPTEK dan
Islam
Sepanjang yang diketahui, belum ada agama apapun yang
mampu melampaui dalamnya paandangan terhadap ilmu pengetahuan sebagaimana
pandangan yang diberikan islam. Islam sangat gigih dalam mendorong umat manusia
untuk mencari ilmu dan mendudukannya sebagai sesuatu yang mulia.[3]
Dalam agama islam, imu pengetahuan, teknologi terdapat
hubungan yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi ke dalam suatu sistem yang
disebut Dinul Islam. Didalmnya ada tiga unsur pokok yaitu iman, islam,
dan amal sholeh. Allah berfirman :
öNs9r& ts? y#øx. z>uÑ ª!$# WxsWtB ZpyJÎ=x. Zpt6ÍhsÛ ;otyft±x. Bpt7ÍhsÛ $ygè=ô¹r& ×MÎ/$rO $ygããösùur Îû Ïä!$yJ¡¡9$# ÇËÍÈ þÎA÷sè? $ygn=à2é& ¨@ä. ¤ûüÏm ÈbøÎ*Î/ $ygÎn/u 3 ÛUÎôØour ª!$# tA$sWøBF{$# Ĩ$¨Y=Ï9 óOßg¯=yès9 crã2xtGt ÇËÎÈ
Artinya
: “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah Telah membuat perumpamaan kalimat
yang baik seperti pohon yang baik,
akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap
musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk
manusia supaya mereka selalu ingat.” (QS. Al-Ibrahim : 24-25)
Salah satu tujuan islam ialah untuk memberi tuntunan
sehingga manusia dapat meningkatkan taraf hidup yang modern dan lebih maju.
Islam tidak melarang untuk memikirkan masalah teknologi modern atau ilmu
pengetahuan yang sifatnya menuju modernisasi pemikiran manusia genius,
profesional, dan konstruktif, serta aspiratif terhadap permasalahan yang timbul
dalam kehidupan sehari-hari.[4]
Peradaban modern adalah hasil kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang gemilang telah dicapai oleh manusia setelah
diadakan penelitian yang tekun dan eksperimen yang mahal yang telah dilakukan
selama berabad-abad. Maka sudah sepantasnya kalau kemudian manusia menggunakan
penemuan-penemuannya itu guna meningkatkan taraf hidupnya. Kemajuan teknologi
secara umum telah banyak dinikmati oleh masyarakat luas dengan cara yang belum
pernah dirasakan bahkan oleh para raja dahulu kala. Tampaknya manusia di masa
depan akan mencapai taraf kemakmuran yang lebih tinggi dan memperoleh
kemudahan-kemudahan yang lebih banyak lagi.
Agama Islam tidak menghambat kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi, juga tidak anti terhadap barang-barang produk teknologi baik di
zaman lampau, di masa sekarang maupun di waktu-waktu yang akan datang. Demikian
pula ajaran Islam tidak akan bertentangan dengan teori-teori pemikiran modern
yang teratur dan lurus dan analisa-analisa yang teliti dan obyektif.
Ayat diatas menggambarkan keutuhan iman, ilmu, dan amal
dengan sebuah pohon yang akarnya menghujam ke bumi, batangnya menjulang tinggi,
mengeluarkan buah ditiap musimnya atas izin Allah. Disini diungkapkan iman
sebagai akarnya, imu sebagai batang yang
pada akhirnya akhlak yang diumpamakan sebagai buahnya.
Berkaitan dengan hai ini, disini akan dikemukakan
beberapa contoh saja, yang memperlihatkan bahwa antara agama dan ilmu
pengetahuan saling membutuhkan, dan tidak bertantangan. Diantaranya ialah
sebagai berikut :
Pertama, agama menyuruh manusia berpikir, menggunakan
akal pikiran dan segenap potensi lainnya yang dimiliki.
Kedua, di dalam wahyu terdapat perintah Allah untuk
melaksanakan ibadah, mengolah alam dalam rangka pelaksanaan fungsi sebagai
khalifah di bumi dan lain sebagainya. Untuk melaksanakan semua itu jelas sekali
memerlukan agama. Dengan kata lain
perintah mengembangkan ilmu pengetahuan dalam islam terintegrasi dengan
perintah melaksanakan ibadah dan lainnya.
Ketiga, agama berisikan tentang moralitas akhlak mulia.
Agama juga menjelaskan bagaimana seharusnya berusaha dan berbuat baik di dunia
ini. Semuanya hanya bisa dijawab oleh agama. Ilmu pengetahuan dan teknologi
yang menawarkan barbagai kemudahan tidak tahu tujuan apa yang harus dicapai.
Agamalah yang memberika landasan dan arah bagi penggunaan dan pemanfaatan ilu
pengetahuan dan teknologi tersebut.
Keempat, agama
berfungsi membenarkan, melengkapidan mengoreksi terhadap berbagai temuan dalam
bidang ilmu pengetahuan. Denganm demikian antara agama dan ilmu pengetahuan
dalam pandangan islam bukan untuk dipertentangkan melainkan untuk saling
melengkapi dengan catatan harus bertolak dari keyakinan dan realitas yang
objektif bahwa imu pengetahuan sifatnya terbatas.
Kelima, agama berbicara tentang kebahagiaan hidup di
dunia dan akhirat. Kehidupan di dunia harus menjadi media untuk menuju
kebahagiaan di akhirat. Karena itu kehidupan duniawi yang memerlukan dukungan
ilmu pengetahuan agama itu membuthkan bimbingan agama.[5]
C. Pandangan Islam Tentang IPTEK
Negara-negara yang berpenduduk mayoritas Muslim, saat ini
pada umumnya adalah negara-negara berkembang atau negara terkebelakang, yang
lemah secara ekonomi dan juga lemah atau tidak menguasai perkembangan ilmu
pengetahuan dan sains-teknologi. Karena nyatanya kaum Muslim banyak yang masih
bodoh dan lemah, maka mereka kehilangan harga diri dan kepercayaan dirinya.
Beberapa di antara mereka kemudian menjadi hamba dan pengikut buta kepentingan
negara-negara Barat. Mereka menyerap begitu saja nilai-nilai, ideologi dan
budaya materialis (’matre’) dan sekular (anti Tuhan) yang dicekokkan
melalui kemajuan teknologi informasi dan media komunikasi Barat. Akibatnya
krisis-krisis sosial-moral dan kejiwaan pun menular kepada sebagian besar
bangsa-bangsa Muslim.
Kenyataan memprihatikan ini sangat ironis. Umat Islam
yang mewarisi ajaran suci Ilahiah dan peradaban dan Ipteks Islam yang jaya di
masa lalu, justru kini terpuruk di negerinya sendiri, yang sebenarnya kaya
sumber daya alamnya, namun miskin kualitas sumberdaya manusianya (pendidikan
dan Ipteknya).[6]
Bila ada pemahaman atau tafsiran
ajaran agama Islam yang menentang fakta-fakta ilmiah, maka kemungkinan yang
salah adalah pemahaman dan tafsiran terhadap ajaran agama tersebut. Bila ada
’ilmu pengetahuan’ yang menentang prinsip-prinsip pokok ajaran agama Islam maka
yang salah adalah tafsiran filosofis atau paradigma materialisme-sekular yang
berada di balik wajah ilmu pengetahuan modern tersebut.
Islam sangat memotivasi umatnya
untuk memfungsikan akal dan rasa secara seimbang. Sesungguhnya tidak ada
dikotomi iman dan ilmu pengetahuan dalam Islam karena keduanya merupakan dua
materi yang saling mendukung satu sama lain. Menuntut dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dalam Islam merupakan kewajiban bagi setiap muslim, dan muslim yang
beriman akan menjalankan kewajiban yang diperintahkan Allah SWT dengan
sebaik-baiknya. Oleh karena itulah antara iman dan ilmu tidak dapat dipisahkan
dalam Islam.Bahkan perintah Allah SWT yang pertama kepada umat Islam melalui
rasul-Nya adalah perintah untuk menuntut ilmu.[7]
Ketika
Al-Quran diturunkan ilmu pengetahuan telah berkembang diberbagai belahan dunia.
Pada saat islam datang fisafat Yunani sudah tidak berkembang lagi di Athena,
melainkan di negara Timur Tengah. Selain itu filsafat Yunani juga dipengaruhi
oleh pandangan mitologi Yunani yang bersifat spekulatif. Islam mencoba
menganalisis faktor penyebab utama terjadinya keadaan tersebut. Pilihannya
ialah bahwa faktor penyebab utama terjadinya keadaan yang demikian adalah karena
tidak berkembangnya ilmu pengetahuan sebagai akibat kurangnya perhatian
terhadap pendidikan.[8]
Pandangan Al-Quran tentang ilmu
dan teknologi dapat diketahui prinsip-prinsipnya dari analisis wahyu pertama
yang diterima oleh Nabi Muhammad saw .
ù&tø%$#
ÉOó$$Î/
y7În/u
Ï%©!$#
t,n=y{
ÇÊÈ
t,n=y{
z`»|¡SM}$#
ô`ÏB
@,n=tã
ÇËÈ
ù&tø%$#
y7/uur
ãPtø.F{$#
ÇÌÈ
Ï%©!$#
zO¯=tæ
ÉOn=s)ø9$$Î/
ÇÍÈ
zO¯=tæ
z`»|¡SM}$#
$tB
óOs9
÷Ls>÷èt
ÇÎÈ
Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal
darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha
pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-Alaq : 1-5)
Iqra’ terambil dari akar kata yang
berarti menghimpun. Dari menghimpun lahir aneka makna seperti menyampaikan,
menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu, dan membaca baik teks
tertulis maupun tidak. Wahyu pertama itu tidak menjelaskan apa yang harus
dibaca, karena Al-Quran menghendaki umatnya membaca apa saja selama bacaan
tersebut bismi Rabbik, dalam arti bermanfaat untuk kemanusiaan. Iqra’ berarti
bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu; bacalah alam,
tanda-tanda zaman, sejarah, maupun diri sendiri, yang tertulis maupun yang
tidak. Alhasil, objek perintah iqra’ mencakup segala sesuatu yang dapat
dijangkaunya.
Pengulangan
perintah membaca dalam wahyu pertama ini bukan sekadar menunjukkan bahwa
kecakapan membaca tidak akan diperoleh kecuali mengulang-ulang bacaan atau membaca
hendaknya dilakukan sampai mencapai batas maksimal kemampuan. Tetapi hal itu
untuk mengisyaratkan bahwa mengulang-ulang bacaan bismi Rabbik (demi Allah]
akan menghasilkan pengetahuan dan wawasan baru, walaupun yang dibaca masih
itu-itu juga. Demikian pesan yang dikandung
Iqra’ wa rabbukal akram (Bacalah dan Tuhanmu Yang Maha Pemurah).
Selanjutnya,
dari wahyu pertama Al-Quran diperoleh isyarat bahwa ada dua cara perolehan dan
pengembangan ilmu, yaitu Allah mengajar dengan pena yang telah diketahui manusia
lain sebelumnya, dan mengajar manusia (tanpa pena) yang belum diketahuinya. Cara pertama adalah mengajar
dengan alat atau atas dasar usaha manusia. Cara kedua dengan mengajar tanpa
alat dan tanpa usaha manusia. Walaupun berbeda, keduanya berasal dari satu
sumber, yaitu Allah SWT.
Setiap pengetahuan memiliki subjek dan objek. Secara umum
subjek dituntut peranannya untuk memahami objek. Namun pengalaman ilmiah
menunjukkan bahwa objek terkadang memperkenalkan diri kepada subjek tanpa usaha
sang subjek. Misalnya komet Halley yang memasuki cakrawala hanya sejenak setiap
76 tahun. Pada kasus ini, walaupun para astronom menyiapkan diri dengan
peralatan mutakhirnya untuk mengamati dan mengenalnya, sesungguhnya yang lebih
berperan adalah kehadiran komet itu dalam memperkenalkan diri.
Wahyu, ilham,
intuisi, firasat yang diperoleh manusia yang siap dan suci jiwanya, atau apa
yang diduga sebagai “kebetulan” yang dialami oleh ilmuwan yang tekun, semuanya
tidak lain kecuali bentuk-bentuk pengajaran Allah yang dapat dianalogikan
dengan kasus komet di atas. Itulah pengajaran tanpa qalam yang ditegaskan oleh wahyu
pertama Al-Quran tersebut.[9]
D. Manfaat IPTEK bagi Islam
Sudah seharusnya kita sebagai
Umat Islam senantiasa men-taddaburi ayata-ayat-Nya, baik yang qouliyah
maupun kauniyah. Karena di sana terdapat lautan ilmu-Nya,serta
dorongan/ motivasi untuk mengkaji maupun mengimplementasikannya.
u|³÷èyJ»t Çd`Ågø:$# ħRM}$#ur ÈbÎ) öNçF÷èsÜtGó$# br& (#räàÿZs? ô`ÏB Í$sÜø%r& ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur (#räàÿR$$sù 4 w cräàÿZs? wÎ) 9`»sÜù=Ý¡Î0 ÇÌÌÈ
Artinya : “Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu
sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu
tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.” (QS. Ar-Rahman :33)
Dengan ayat ini manusia akan
mengerti jika ingin menembus langit diperlukan energi yang besar. Maka dengan segala bahan-bahan
yang ada di alam ini manusia harus mampu mengkonversi energi tersebut. Masih
banyak ayat-ayat Al Qur’an yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan cabang-cabangnya.
Allah SWT telah menciptakan alam beserta isi dan sistemnya dan juga telah
mengajarkannya kepada manusia. Dengan mencermati Al Qur’an, akan melahirkan
kajian-kajian yang lebih detail tentang keberadaan ciptaan-Nya.[10]
Penerapan sains yang benar dan
tepat sasaran yang dilandasi oleh nilai Islam sebagai agama “Rahmatan lil
alamin” sudah pasti memberikan kemakmuran dan kesejahteraan serta
mengangkat harkat dan martabat manusia lebih baik dan tinggi disisi Allah.
Karena dalam Islam orang yang berilmu dan menggunakan ilmunya di jalan Allah
untuk kemaslahatan umat manusia oleh Allah akan diangkat derajatnya lebih
tinggi dari mereka yang tidak berilmu, karena dapat memberikan manfaat bagi
orang lain.[11]
Tetapi sebaliknya penguasaan dan
penerapan yang salah dan tidak dilandasi oleh nilai nilai agama, kata Allah
tunggulah giliran kehancuran.
Al-Quran menjebut gejala-gejala alam sebagai tanda-tanda Tuhan dan menganjurkan kajian atas berbagai gejala alam sebagai jalan untuk menyembah Allah. Arti secara mendalam sebenarnya tafakur sesungguhnya adalah bukan sekedar mengagumi dan berdiam diri seperti orang menyaksikan suatu pemandangan yang sangat indah dan cantik, tetapi dibalik itu terkadung makna tindakan selanjutnya mempelajari sampai menemukan suatu bentuk sains maupun teknologi. Hal yang sama di sampaikan Allah dalam surat al-‘Alaq manusia diperintahkan membaca dan meneliti dan menulis (mengembangkan sains dan teknologi).
Al-Quran menjebut gejala-gejala alam sebagai tanda-tanda Tuhan dan menganjurkan kajian atas berbagai gejala alam sebagai jalan untuk menyembah Allah. Arti secara mendalam sebenarnya tafakur sesungguhnya adalah bukan sekedar mengagumi dan berdiam diri seperti orang menyaksikan suatu pemandangan yang sangat indah dan cantik, tetapi dibalik itu terkadung makna tindakan selanjutnya mempelajari sampai menemukan suatu bentuk sains maupun teknologi. Hal yang sama di sampaikan Allah dalam surat al-‘Alaq manusia diperintahkan membaca dan meneliti dan menulis (mengembangkan sains dan teknologi).
Dalam pandangan Al Qur’an umat
manusia harus memiliki ilmu (sains) untuk memaknai penciptaan Allah. Panca
indera tidak cukup untuk memperoleh informasi yang ditulis dalam Al Qur’an atau
yang dimaksud Allah SWT kalau tidak memiliki kompetensi khusus. Oleh sebab itu
dalam Islam menuntut ilmu adalah kewajiban manusia untuk mengisi kehidupan duniawi
dan akhirat. Iman tanpa sains akan buta, karena sains itu adalah matanya iman
yang dapat melihat tanda-tanda kebesaran Allah, sebaliknya sains tanpa iman
akan biadap, karena iman akan menuntun manusia kepada hal-hal yang baik yang
diridhoi Allah SWT.
Oleh karena itu pemikir dan
intelektual Islam harus berani dan terus menerus menyampaikan bahwa keserasian
islam dengan sains dan teknologi bukan hanya sekedar pertukaran bebas ide ide
(dialog intelektual) dan memperjuangkan untuk menyebarkan Islam dan mempertahankan
tuduhan-tuduhan barat sebagai fundamentalisme yang tidak mengenal kompromi dan
keterbelakangan. Kemajuan
teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari dalam kehidupan ini,
karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan. Setiap inovasi diciptakan untuk
memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia, memberikan banyak kemudahan,
serta sebagai cara baru dalam melakukan aktivitas manusia.[12]
Khusus dalam
bidang teknologi, masyarakat sudah menikmati banyak manfaat yang telah
dihasilkan dalam dekade terakhir ini.Contoh termudah adalah dampak positif dari
berkembangnya iptek di bidang teknologi komunikasi dan informasi.
Perkembangan
teknologi akhir-akhir ini, menjadikan dunia yang amat luas di era globalisasi ini
menjadi sempit, mengecil, dan terbatas. Perubahan ini tentu saja berdampak positif
dan negatif bagi kelangsungan hidup seorang muslim. Dampak negatif dari
perubahan dan pergeseran zaman mampu mengguncang, menggeser, dan mengikis habis
nilai-nilai moral dan iman. Bahkan, lebih jauh dari itu dapat menghancurkan
masa depan dan peradaban manusia.
Oleh karena itu, seorang muslim
harus membentengi diri dengan keimanan dan keislaman yang kuat. Tanpa iman yang
kokoh kehidupan seorang muslim akan terombang-ambing dan bisa berujung pada
kehancuran. Iman adalah pelita, yang menjadi penerang dan petunjuk pada jalan
yang lurus.[13]
Di antara manfaat‑manfaat teknologi tersebut adalah :
1)
Memperoleh
Kemudahan
Kemampuan fisik manusia
untuk meraih berbagai kebutuhan hidup sangat terbatas. Pandangan mata,
pendengaran telinga manusia terbatas, begitu pula kekuatan dan keterampilan
tangan dan kakinya. Kemampuan fisik manusia itu tidak sebanding dengan
kebutuhan yang diinginkan. Tetapi manusia sebagai khalifah Allah diberikan kemampuan
akal‑pikiran untuk memanfaatkannya menemukan cara‑cara yang tepat dan efektif
guna meraih kebutuhan hidup yang tidak mungkin dicapai melalui kemampuan fisik
semata. Akal‑pikiran manusia mampu mendayagunakan segala yang Allah ciptakan di
bumi ini. Kemampuan itu memang telah ditentukan oleh Allah Swt sebagaimana
Allah nyatakan dalam firman‑Nya
t¤yur /ä3s9 $¨B Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# $tBur Îû ÇÚöF{$# $YèÏHsd çm÷ZÏiB 4 ¨bÎ) Îû Ï9ºs ;M»tUy 5Qöqs)Ïj9 crã©3xÿtGt ÇÊÌÈ
Artinya : “Dan dia Telah menundukkan untukmu apa yang di
langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan
Allah) bagi kaum yang berfikir.” (QS. Al- Jaziyah : 13)
2)
Mengenal dan
Mengagungkan Allah.
Apabila manusia mampu menghayati akan makna sains dan
teknologi yang dikembangkannya, bahwa sernua itu bukan semata‑mata karena
faktor diri pribadi manusia, tetapi ada faktor lain di luar dirinya, maka
manusia akan memperoleh jalan untuk mengenal sesuatu yang lain di luar dirinya
itu, yaitu Yang Maha Agung, Yang Maha Kuasa, dan Yang Maha Bijaksana, yaitu
Allah SWT.
Kesempurnaan alam dengan struktur dan sistemnya tidak
bisa dibayangkan akan terbentuk dengan sempurna apabila tidak ada kesengajaan
pihak lain, yaitu Yang Maka Kuasa dan Maha Sempurna. Semakin luas dan dalam
pengetahuan manusia akan rahasia alam ini, maka semakin dekat manusia untuk
mengenal Pencipta alam ini, yaitu Allah, Sang Khalik. Ketika pertama manusia
mengembangkan teknologi bangunan, manusia telah diberikan contoh langit yang
tinggi, yang luas dan kokoh, yang tidak takut akan runtuh.
Begitu pula ketika manusia mengembangkan teknologi
pesawat udara, Allah telah memberikan contoh bagaimana burung bisa terbang di
angkasa dengan stabil, mampu mempertahankan keseimbangan tanpa takut jatuh, dan
lain sebagainya.
Karena itu ketika menerangkan berbagai struktur di alam
ini, Allah menyatakan bahwa semua itu menjadi pelajaran bagi manusia untuk
lebih mengenal dan mengangungkan Allah penciptanya. Hal itu dapat kita pahami
dari berbagai ayat Al-Qur’an, diantaranya :
xsùr& tbrãÝàYt n<Î) È@Î/M}$# y#ø2 ôMs)Î=äz ÇÊÐÈ n<Î)ur Ïä!$uK¡¡9$# y#ø2 ôMyèÏùâ ÇÊÑÈ n<Î)ur ÉA$t6Ågø:$# y#øx. ôMt6ÅÁçR ÇÊÒÈ n<Î)ur ÇÚöF{$# y#øx. ôMysÏÜß ÇËÉÈ öÏj.xsù !$yJ¯RÎ) |MRr& ÖÅe2xãB ÇËÊÈ
Artinya : “Maka apakah
mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan. Dan langit, bagaimana
ia ditinggikan. Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan. Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?. Maka berilah peringatan, Karena Sesungguhnya
kamu hanyalah orang yang memberi peringatan.” (QS. Al-Gashiyah : 17-21)
3)
Meningkatkan
Kualitas Pengabdian Kepada Allah
Manusia diciptakan oleh Allah hanyalah untuk mengabdi
kepada‑Nya. Demikian dinyatakan oleh Allah dalam firman-Nya:
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur wÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ
Artinya : “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku.”(QS. Al-Dzariyat : 56)
Seluruh aktivitas hidup manusia hendaknya diwujudkan
sebagai pelaksanaan pengabdian kepada Allah tersebut. Pengabdian manusia kepada
Allah di sini adalah pengabdian dalam arti luas, yaitu seluruh aktivitas, yang
memenuhi kriteria (1) diniatkan untuk menaati aturan Allah; (2) dilakukan
dengan mengikuti ketentuan yang diberikan alah, baik dalam bentuk kegiatan yang
telah ditentukan tata caranya maupun dalam bentuk penggalian jenis kegiatan yang
bermanfaat yang sejalan dengan nilai-nilai kebenaran yang ditunjukkan Allah;
dan (3) dimaksudkan untuk memperoleh ridha Allah.
Teknologi apabila dirancang dan dimanfaatkan secara benar
dalam konteks tugas pengabdian manusia tersebut, maka teknologi diyakini akan
mampu meningkatkan kualitas pengabdiannya kepada Allah. Jam misalnya, adalah
produk teknologi yang dimanfaatkan oleh umat Islam setiap hari untukl
mengetahui waktu-waktu shalat sehingga umat Islam dapat menunaikan ibadah
shalat tepat pada waktunya, begitu pula kompas dimanfaatkan untuk mengetahui
arah kiblat sehingga tidak terjadi salah arah dalam shalat. Dalam hal produk
teknologi pangan, dengan banyaknya produk makanan yang beredar di masyarakat,
kita mampu mengetahui komponen‑komponen yang dipergunakan sebagai bahan, proses
pembuatannya, sehingga kita dapat mengetahui apakah makanan yang kita konsumsi
itu halal atau haram, begitu pula dengan produk‑produk teknologi lainnya.
4)
Memperoleh
Kesenangan dan Kebahagiaan Hidup
Kemudahan‑kemudahan yang diperoleh manusia melalui pemanfaatan teknologi
membuat manusia dapat memperoleh kesenangan dan kebahagiaan hidup serta tetap
dalam koridor kesenangan dan kebahagiaan yang halal, yang diridhai Allah. Allah tidak menghendaki manusia hidup susah, tetapi
sebaliknya Allah menghendaki manusia hidup senang, hidup bahagia. Ketika Allah
menempatkan Adam dan istrinya di bumi, Allah berfirman:
ö/ä3s9ur Îû ÇÚöF{$# @s)tGó¡ãB ìì»tFtBur 4n<Î) &ûüÏm ÇÌÏÈ
Artinya: “ ….
dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu
yang ditentukan” (Qs. Al-Baqarah : 36).
Untuk memperoleh kesenangan dan kebahagiaan hidup yang disediakan oleh
Allah itu, manusia diberikan sarana kebutuhan yang serba lengkap di bumi,
sebagaimana Allah nyatakan:
uqèd Ï%©!$# Yn=y{ Nä3s9 $¨B Îû ÇÚöF{$# $YèÏJy_ §NèO #uqtGó$# n<Î) Ïä!$yJ¡¡9$# £`ßg1§q|¡sù yìö7y ;Nºuq»yJy 4 uqèdur Èe@ä3Î/ >äóÓx« ×LìÎ=tæ ÇËÒÈ
Artinya: “Dia-lah Alah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu
sekalian dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh
langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS. Al-Baqarah : 29)
5)
Meningkatkan Kemampuan Memanfaatkan
Kekayaan Alam
Teknologi meningkatkan kemampuan manusia melakukan eksplorasi kekayaan alam
tersebut secara optimal. Banyak negara, bangsa yang tidak memiliki kekayaan
alam memadai tetapi karena memiliki kemampuan teknologi canggih hidup lebih
sejahtera dibandingkan dengan negara, bangsa yang memiliki kekayaan alam
melimpah tetapi teknologinya tertinggal. Jepang umpamanya, adalah sebuah negara
kecil, yang miskin akan kekayaan alam, tetapi kemajuan teknologinya tinggi, ia
lebih kaya dibandingkan dengan Indonesia yang kekayaannya melimpah tetapi
tertinggal kemajuan teknologinya dibandingkan dengan Jepang. Masih banyak negara di dunia ini yang kaya seperti Jepang
dan yang tertinggal seperti Indonesia.
Eksplorasi kekayaan alam diingatkan oleh Allah agar jangan sampai tak
terkontrol sehingga berubah menjadi eksploitasi alam, yang mengakibatkan
kerusakan alam, terganggunya keseimbangan lingkungan, karena justru akan
mengakibatkan timbulnya malapetaka bagi manusia, seperti banjir,
pencemaran lingkungan, ,dan lain-lain. Dalam firman
Allah:
tygsß ß$|¡xÿø9$# Îû Îhy9ø9$# Ìóst7ø9$#ur $yJÎ/ ôMt6|¡x. Ï÷r& Ĩ$¨Z9$# Nßgs)ÉãÏ9 uÙ÷èt/ Ï%©!$# (#qè=ÏHxå öNßg¯=yès9 tbqãèÅ_öt ÇÍÊÈ
Artinya: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan
karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian
dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS.
Ar-Rum : 41).
6)
Menumbuhkan
Rasa Syukur Kepada Allah.
Bagi orang beriman, sekecil apapun nikmat yang ia dapatkan dari rezeki
halal yang diberikan Allah kepadanya akan melahirkan rasa syukur kepada‑Nya
sebagai pemberi nikmat. Apalagi dengan kemajuan teknologi yang mampu melipat‑gandakan
nikmat itu kepadanya, maka rasa syukur kepada‑Nya pun juga akan berlipat ganda.
Rasa syukur kepada Allah yang paling ringan adalah mengucapkan “alhamdulillahi
rabbil ‘alamin “, namun hakikat syukur yang sebenarnya adalah memanfaatkan
nikmat itu secara, benar untuk meningkatkan ketakwaannya kepada Allah. Karena itu diperlukan tekad, kesungguhan untuk mewujudkan
rasa syukur dalam amal kehidupan secara riil. Allah mengingatkan:
øÎ)ur c©r's? öNä3/u ûÈõs9 óOè?öx6x© öNä3¯RyÎV{ ( ûÈõs9ur ÷Länöxÿ2 ¨bÎ) Î1#xtã ÓÏt±s9 ÇÐÈ
Aritnya : “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu
memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah
(nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya
azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim : 7)
Teknologi membuat manusia semakin mudah meraih
keinginannya, semakin ringan beban hidup yang harus ditanggung, semakin besar
hasil yang bisa diperoleh. Kemudahan, keringanan, dan kenikmatan itu tidak
mustahil membuat manusia semakin lupa kepada Allah, semakin jauh dari-Nya,
apabila tidak disikapi secara cermat dan diiringi dengan iman yang teguh.
Karena itu ilmu pengetahuan dan teknologi harus dilandasi oleh iman agar
pemanfaatannya terarah untuk meningkatkan kualitas takwanya kepada Allah SWT.[14]
IV. KESIMPULAN
Kemajuan
teknologi merupakan sesuatu yang tidak bisa kita hindari dalam kehidupan ini,
karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan. Perkembangan
teknologi memang sangat diperlukan. Setiap inovasi diciptakan untuk memberikan
manfaat positif bagi kehidupan manusia. Memberikan banyak kemudahan, serta
sebagai cara baru dalam melakukan aktifitas manusia.
Islam merupakan ajaran agama yang
sempurna. Kesempurnaannya dapat tergambar dalam keutuhan inti ajarannya.
Islamisasi ilmu pengetahuan merupakan tanggung jawab moral para ilmuwan dalam
rangka menyelamatkan peradaban manusia. Islamisasi tersebut mencakup integrasi
IPTEK (ilmu umum) dengan ilmu agama. Masalah integrasi ini bukan mengadakan
sebuah kenyataan melainkan sebagai sebuah kenyataan dan sekaligus tuntutan
Integrasi Islam dan IPTEK
mengharuskan seseorang untuk memahami prinsip-prinsip umum yang ada padaa kedua
bidang ilmu tersebut sambil mengembangkan keahlian pada bidang ilu tertentu
sesuai dengan bakat dan minat masing-masing. Ilmu bagaikan batang dan dahan
pohon itu yang mengeluarkan cabang-cabang ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni. Sedangkan amal ibarat buah dari
pohon. Ipteks yang dikembangkan diatas nilai-nilai iman dan takwa akan
menghasilkan amal sholeh bukan kerusakan Islam.
V.
PENUTUP
Demikian
makalah ini penulis buat. Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun jauh
dari pada sempurna dan masih banyak kesalahan, untuk itu kami harapkan kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca agar dalam pembuatan Makalah
selanjutnya menjadi lebih baik. Dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
kepada kita. Amin.
PENULIS
AKHMAD MUHLISIN : https://www.facebook.com/mukhlisin.gooner
ELLA IZZATIN NADA : https://www.facebook.com/ellachaem
M. NUR IKHWAN : https://www.facebook.com/itha.azha
Daftar Pustaka
Kaelany. Islam dan
Aspek-aspek Kemasyarakatan. Jakarta : PT Bumi Aksara. 2005.
Nata,
Abuddin, dkk. Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Umum. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada. 2005.
Rohadi dan
Suharsono. Ilmu dan Teknologi dalam Islam Cetakan ke-3. Jakarta :
Departemen Agama RI. 2005.
Turmudi, dkk.
Islam, Sains dan Teknologi Menggagas Bangunan Keilmuan Fakultas Sains dan
Teknologi Islami Masa Depan. Malang : UIN Maliki Press. 2006.
http://bhianrangga.wordpress.com/2011/01/04/peranan-iman-dalam-menghadapi-arus-globalisasi/, diakses pada tanggal
10 Maret 2013
http://blog.re.or.id/persepsi-islam-terhadap-perkembangan-sains-dan-teknologi.htm, diakses pada tanggal
10 Maret 2013
http://koesandi.wordpress.com/2009/08/13/hubungan-iptek-dengan-agama/, diakses pada tanggal
10 Maret 2013
http://mischanz.wordpress.com/2009/12/16/manfaat-teknologi-dari-sudut-pandang-islam/, diakses padaa tanggal
10 Maret 2013
http:/www.scribd.com/doc/83019545/pengertian-integras,
diakses pada tanggal 17
Maret 2013
[2] Turmudi, dkk, Islam, Sains dan
Teknologi Menggagas Bangunan Keilmuan Fakultas Sains dan Teknologi Islami Masa
Depan, (Malang : UIN Maliki Press, 2006), hlm. 15
[3] Drs. Kaelany HD, M.A., Islam dan
Aspek-aspek Kemasyarakatan, (jakarta : PT Bumi Aksara, 2005), hlm. 224
[4] Rohadi dan Suharsono, Ilmu dan
Teknologi dalam Islam Cetakan ke-3, (Jakarta : Departemen Agama RI, 2005),
hlm. 56
[5] Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A.,
dkk, Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Umum, (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2005), hlm. 72-74
[6] http://bhianrangga.wordpress.com/2011/01/04/peranan-iman-dalam-menghadapi-arus-globalisasi/, diakses pada tanggal
10 Maret 2013
[7] http://bhianrangga.wordpress.com/2011/01/04/peranan-iman-dalam-menghadapi-arus-globalisasi/, diakses pada tanggal
10 Maret 2013
[9] http://blog.re.or.id/persepsi-islam-terhadap-perkembangan-sains-dan-teknologi.htm, diakses pada tanggal
10 Maret 2013
[10] http://koesandi.wordpress.com/2009/08/13/hubungan-iptek-dengan-agama/, diakses pada tanggal
10 Maret 2013
[11] http://blog.re.or.id/persepsi-islam-terhadap-perkembangan-sains-dan-teknologi.htm, diakses pada tanggal
10 Maret 2013
[12] http://blog.re.or.id/persepsi-islam-terhadap-perkembangan-sains-dan-teknologi.htm, diakses pada tanggal
10 Maret 2013
[13]http://bhianrangga.wordpress.com/2011/01/04/peranan-iman-dalam-menghadapi-arus-globalisasi/, diakses pada tanggal
10 Maret 2013
[14] http://mischanz.wordpress.com/2009/12/16/manfaat-teknologi-dari-sudut-pandang-islam/, diakses padaa tanggal
10 Maret 2013
Langganan:
Postingan (Atom)